“Saya sempat berpikir untuk tidak pergi karena pasti biayanya akan mahal, makanya istri saya menyarankan saya untuk menggunakan BPJS Kesehatan. Memang sejak awal saya punya kartu BPJS Kesehatan, tetapi tidak sempat dipakai saja. Lalu saya ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat saya terdaftar, yaitu di Puskesmas Oepoi, kemudian dirujuk lagi ke RS. S. K. Lerik,” kata Sabinus Herryn.
KUPANG MEDIASI NTT.COM – Penyakit tiroid adalah gangguan yang disebabkan oleh kelainan bentuk atau fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher dan berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan pada kelenjar tiroid dan hormon tiroid akan menimbulkan gejala penyakit tiroid yang bisa berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebabnya. Inilah yang dirasakan oleh Sabinus Herryn (40).
Ia sudah menjalani pengobatan rawat jalan selama dua tahun, dengan gejala awal yang ia rasakan dan ia harap bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi harapannya pupus. Ia mengatakan, meski penyakit ini bukan tergolong penyakit yang menular, namun tetap saja ia memerlukan pengobatan karena kondisinya makin parah dari waktu ke waktu.
“Awal mula gejala yang saya rasakan ada perubahan secara fisik. Berat badan saya menurun, badan jadi gampang lemas dan bola mata agak melotot. Itu saya rasakan selama satu bulan dan saya sempat mengkonsumsi vitamin sebagai pendukung agar badan lebih segar. Sayangnya ternyata tidak ada perubahan sehingga tetangga maupun istri saya menyarankan agar saya menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” kata Sabinus, Jumat (09/08).
Sabinus pun mengikuti saran dari istri dan tetangganya untuk berobat ke Klinik Kamilur. Usai menjalani pemeriksaan, dokter menyarankan agar Sabinus diperiksa lebih lanjut di rumah sakit.pemeriksaan yang lebih detail di rumah sakit. Ternyata menurut dokter, Sabinus mengidap tiroid yang harus ditangani segera oleh dokter spesialis di rumah sakit.
“Saya sempat berpikir untuk tidak pergi karena pasti biayanya akan mahal, makanya istri saya menyarankan saya untuk menggunakan BPJS Kesehatan. Memang sejak awal saya punya kartu BPJS Kesehatan, tetapi tidak sempat dipakai saja. Lalu saya ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat saya terdaftar, yaitu di Puskesmas Oepoi, kemudian dirujuk lagi ke RS. S. K. Lerik,” katanya.
Ia kembali menjalani pemeriksaan dan hasilnya pun sama. Sabinus divoni mengidap hipertiroid yang disebabkan oleh autoimun. Dokter kemudian menyarankan Sabinus untuk dirawat jalan secara rutin sampai dengan sekarang. Beberapa kali, Sabinus mengaku sempat lalai dalam meng\onsumsi obat karena merasa kondisinya sudah sangat baik dan semua gejala yang semula dirasanya sudah tidak kambuh lagi. Namun hal itu berimbas fatal.
“Seharusnya saya rutin kontrol selama sebulan sekali tetapi saya sempat berhenti minum obat. Saya kira sudah sembuh makanya saya tidak lagi mengonsumsi obat selama tiga bulan. Namun ternyata waktu saya berhenti mengonsumsi obat gejala-gejala yang pernah saya rasakan, saya rasakan lagi. Bahkan tangan saya tremor dan jantung saya berdebar terus-menerus sepanjang hari sehingga menyulitkan saya untuk beraktivitas. Sejak saat itu saya selalu menjaga diri agar tetap rutin minum obat,” katanya.
Sabinus pun bersyukur dia sudah menjadi peserta JKN sejak lama. Ia menuturkan bahwa awalnya ia merupakan peserta JKN dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yang membayar iuran secara mandiri. Karena mengalami kesulitan finansial, ia pun dialihkan menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI).
“Iuran per bulannya tidak sebanding dengan manfaat yang diberikan BPJS Kesehatan. Saya benar-benar bersyukur BPJS Kesehatan hadir di tengah masyarakat. Pelayanannya bagus, tidak ada kendala sedikit pun saat mengakses layanan di fasilitas kesehatan. Saya sangat bersyukur akan hal itu. Saya berharap banyak agar BPJS Kesehatan tetap ada sehingga masyarakat yang membutuhkan berobat bisa sembuh sesuai harapan, apalagi mereka yang berasal dari masyarakat menengah ke bawah,” tutur Herryn. (ta/fr)