“Kami di sini tidak ada sinyal sama sekali. Jadi pembelajaran online tidak bisa dilakukan. Maka guru-guru datang ke setiap kampung asal siswa untuk memberi dan mengambil tugas. Juga meminjamkan buku dan mengambil yang lama,” kata Yunitha May Atanumba.
SDM Mbatakapidu, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu telah memiliki perpustakaan sekolah atas upaya mandiri yang dibiayai dari dana BOS APBN tahun 2018, sekolah ini berjarak 15 km, berada di sebelah selatan Waingapu, ibukota Sumba Timur.
Perpustakaan sekolah berupa sebuah gedung tersendiri dengan ruangan berukuran 6 x 7 meter. Buku-buku ditata rapi, disusun atas-bawah sesuai tingkat kemampuan membaca siswa. Rak bawah adalah buku-buku penuh gambar dengan sedikit tulisan, khusus bagi siswa kelas awal. Sementara rak atas berisi buku-buku bagi siswa kelas atas yang sudah lancar membaca yakni siswa-siswi kelas 4, 5 dan 6.
“Kami membangun perpustakaan ini supaya anak-anak bisa mengisi waktu luang mereka pas istirahat. Tapi kami juga mempunyai jam wajib membaca untuk setiap kelas, dibagi dari hari Senin sampai Sabtu,” kata Kepala Sekolah SDM Mbatakapidu, Yunitha May Atanumba.
Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan belajar tatap muka ditiadakan, praktis perpustakaan ditutup. Meskipun demikian para guru tetap berkeliling ke beberapa titik untuk memberikan penugasan kepada siswa-siswa mereka.
Buku-buku perpustakaan juga dibawa untuk dipinjamkan kepada mereka karena proses pembelajaran online tak dapat dilakukan karena terkendala jaringan internet.
“Kami di sini tidak ada sinyal sama sekali. Jadi pembelajaran online tidak bisa dilakukan. Maka guru-guru datang ke setiap kampung asal siswa untuk memberi dan mengambil tugas. Juga meminjamkan buku dan mengambil yang lama,” kata Yunitha May Atanumba.
Siswa-siswa SDM Mbatakapidu berasal dari Kampung Landa, Watu Mamoha, Maringu lambi, Menggit dan Walunggalu.
“Paling jauh sekitar 5-7 kilometer dari sekolah. Nah, kalau pas musim hujan dan sungai di bawah sekolah ini banjir, anak-anak tidak bisa lewat sudah,” jelas Yunitha lagi.
Diakui Yunitha, perpustakaan di sekolah telah banyak membantu menaikkan kemampuan literasi siswa.
Ketika berkunjung ke sekolah ini pada Jumat (1/4/2022), siswa kelas 6 mendapat giliran memakai perpustakaan. Mereka mengambil buku yang disukai pada rak bagian atas, membaca dalam hati pada meja-meja yang sudah disiapkan. Guru wali kelas membagikan kertas hvs, sebab nanti usai membaca mereka harus menuliskan ulang isi bacaannya.
“Dengan memberi tugas menuliskan kembali isi bacaan, mereka dapat meningkatkan kemampuan literasinya. Perpustakaan ini sangat bermanfaat bagi anak-anak kami. Kemampuan membaca siswa-siswi kami berkembang sangat pesat,” kata Ibu Lambu Heutu, Wali Kelas 6.
Sekolah lain yang telah memiliki perpustakaan dan dimanfaatkan secara maksimal adalah SD Inpres Laipori, Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai, 28 km ke arah timur kota Waingapu. Perpustakaan menempati sebuah ruang berukuran 7x 8 meter dengan dinding-dinding yang dilukis. Menurut Kepala Sekolah, Mery Herlianis Lay, S.Pd.,SD, renovasi gedung perpustakaan dilakukan orang tua siswa, sementara lukisan di dinding dikerjakan oleh salah seorang guru.
“Setelah kami mendapat intervensi dari program Perpustakaan Ramah Anak INOVASI bersama Taman Bacaan Pelangi (TBP) barulah semuanya teratur seperti sekarang. INOVASI juga yang membuat pelatihan bersama TBP sehingga kami bisa paham bagaimana memanfaatkan perpustakaan secara baik dan benar untuk meningkatkan literasi anak,” kata Mery.
Sebelumnya kata dia, perpustakaan hanya menjadi tempat menyimpan peralatan olahraga, matras dan barang-barang sekolah yang tidak dipakai. Buku-buku disimpan dalam kardus dan ditumpuk.
“Padahal kami punya buku-buku yang bagus ketika itu. Tapi tidak kami manfaatkan,” aku Mery.
Saat ini buku-buku telah diatur dalam beberapa rak, sehingga mudah dijangkau oleh siswa sesuai dengan kemampuan membaca mereka. Buku untuk kelas awal diletakkan di rak bagian bawah dan semakin ke atas, tingkat kesulitan buku semakin tinggi. Penjenjangan buku dilakukan oleh pustakawati dan guru-guru kelas dengan menggunakan panduan yang disediakan oleh TBP.
“Kami betul-betul berterima kasih kepada INOVASI dan Taman Bacaan Pelangi. Setelah pelatihan dua minggu kami jadi sadar bahwa tugas seorang pustakawan atau pustakawati bukan hanya sekadar mencatat buku keluar masuk, tetapi juga bagaimana mengatur kegiatan membaca siswa,” kata Mery yang akhirnya menugaskan seorang guru untuk menangani perpustakaan secara khusus.
TBP memberikan 1.336 eksemplar buku berbagai judul untuk perpustakaan ini. Selain itu, sekolah menambah 621 buku yang diambil dari tumpukan kardus-kardus sebelumnya, yang masih terbungkus rapi.
Melalui program kolaborasi ini, Taman Bacaan Pelangi menyediakan buku cerita anak berkualitas untuk dibaca di perpustakaan dan dipinjam ke rumah. Selain itu, Taman Bacaan Pelangi juga memberikan pelatihan pengembangan kapasitas guru melalui pelatihan ‘Manajemen Perpustakaan Ramah Anak’ dan ‘Kegiatan Membaca di Perpustakaan’.
Melalui dua jenis pelatihan di atas, kepala sekolah, pustakawan, dan guru-guru dilatih untuk menjadi pendidik yang ramah anak dan aktif untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan, yaitu Membaca Lantang, Membaca Bersama, Membaca Berpasangan, dan Membaca Mandiri.
Mery menjelaskan, buku-buku yang disediakan sebagai koleksi perpustakaan diatur sesuai jenjang berdasarkan tingkat kesulitan buku dan kemampuan membaca anak. Ada enam jenjang buku yang diperkenalkan melalui program ini, mulai dari yang paling mudah yaitu jenjang Kumbang, Burung, Ikan, Rusa, Singa, dan Gajah. Buku jenjang Singa dan Gajah cocok untuk pembaca lancar.
Kini setiap kelas memiliki jam kunjung perpustakaan minimal satu kali jam pelajaran, yaitu 35 menit setiap minggu.
Pada kegiatan membaca lantang, guru memilih satu judul buku lalu membacanya dengan lantang di hadapan para siswa. Tujuannya adalah menunjukkan kepada siswa penggunaan tanda baca dan ekspresi yang tepat.
Pada setiap kegiatan, guru akan memperkenalkan atau menjelaskan kata-kata baru atau kata-kata sulit sesuai dengan konteks lokal agar lebih mudah dipahami anak.(gige)