“Menjadi peserta BPJS Kesehatan sangat membantu kami. Selama mama dirawat baik rawat inap maupun rawat jalan, tidak pernah ada permintaan biaya apapun. Bahkan hari rawat inap pun juga tidak ada batasan,” tambah Erwani.
KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Di usia senjanya, Yohana Saduk (65) harus berjuang melawan penyakit infeksi paru-paru yang telah dideritanya selama tiga tahun terakhir. Penyakit itu mengubah banyak hal dalam hidupnya. Mulai dari aktivitas sehari-hari maupun pola makan. Namun di tengah kesulitan itu, ada satu hal yang terus membuatnya kuat yaitu kasih dan ketulusan sang anak, Erwani yang dengan setia mendampingi setiap proses pengobatan.
Iklan Google AdSense
“Infeksi paru paru jadi diagnosa dokter sejak tiga tahun lalu. Awalnya mama sering batuk dan sesak, kami pikir hanya sakit biasa. Tapi setelah diperiksa, ternyata sudah infeksi dan harus kontrol rutin. Sejak saat itu kehidupan mama mulai berubah dan aktivitasnya menjadi lebih terbatas,” jelas Erwani.
Sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI), Yohana tentu tidak perlu membayar iuran bulanan karena sudah ditanggung oleh pemerintah setempat. Hal itu menjadi keringanan besar bagi keluarga mereka yang hidup sederhana. Dengan kondisi ekonomi terbatas, Program JKN menjadi penyelamat dalam setiap proses pengobatan.
“Menjadi peserta BPJS Kesehatan sangat membantu kami. Selama mama dirawat baik rawat inap maupun rawat jalan, tidak pernah ada permintaan biaya apapun. Bahkan hari rawat inap pun juga tidak ada batasan,” tambah Erwani.
Tiga tahun tentu bukan waktu yang singkat. Dalam perjalanan panjang itu, Yohana sempat beberapa kali dirawat dirumah sakit karena kondisinya yang naik turun. Meski begitu, pelayanan kesehatan yang ia terima selalu baik dan sesuai prosedur.
“Saya bersyukur, petugasnya semua sabar dan tidak membeda-bedakan pasien. Dokternya pun memberi penjelasan dengan sangat baik. Walaupun saya peserta BPJS, pelayanan yang kami terima pun sama dengan pasien umum lainnya,” lanjut Erwani.
Sebagai anak, Erwani tak bisa menyembunyikan rasa harunya melihat perjuangan sang ibu. Ia mengaku bahwa kesempatan untuk merawat sang ibu di masa-masa seperti ini adalah anugerah terbesar yang tidak bisa diukur dengan apapun.
“Saya bersyukur masih punya waktu untuk merawat mama. Kadang saya capek, tapi setiap kali melihat senyum kecil mama setelah selesai kontrol, rasanya semua capek terbayarkan. Program JKN tidak hanya membantu secara biaya, tapi juga memberi kesempatan bagi kami untuk terus berjuang bersama,” ungkapnya.
Erwani menambahkan bahwa dalam tiga tahun ini, ia benar-benar menyaksikan bagaimana Program JKN memberi nafas baru bagi banyak keluarga kecil seperti mereka. Setiap kali melihat pasien lain di rumah sakit yang juga menggunakan BPJS Kesehatan. Erwani merasa bahwa semua sedang berjuang bersama, bukan hanya untuk sembuh tetapi untuk mempertahankan harapan.
“Bagi saya, kesehatan bukan hanya tentang tubuh yang kuat, tapi juga tentang hati yang tenang. Karena kami tidak perlu lagi takut dengan biaya pengobatan yang besar. Itulah kenapa saya selalu bilang ke orang lain agar jangan menunda untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Ini adalah investasi terbaik bagi diri sendiri dan keluarga,” tambah Erwani.
Erwani juga menambahkan bahwa Program JKN secara tidak langsung telah meningkatkan angka harapan hidup masyarakat, termasuk ibunya. Di tengah mahalnya biaya berobat saat ini, JKN menjadi jembatan bagi banyak keluarga agar tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan yang layak.
“Saya percaya kalau tanpa BPJS Kesehatan, kondisi mama mungkin tidak akan sejauh ini. Program ini bukan hanya soal perlindungan finansial, melainkan tentang kesempatan hidup yang lebih panjang dan bermakna. Lewat program ini, banyak keluarga sederhana bisa terus berjuang melawan penyakit tanpa harus kehilangan harapan,” tutupnya. (fr/ok)
Iklan Bersponsor Google






