“Pelayanan yang kami dapat sejauh ini sangat memuaskan. Meski hasil pemeriksaan belum keluar, dokter sudah menyampaikan bahwa apapun hasilnya, pengobatan harus terus dijalani secara rutin demi kebaikan masa depan Anisa,” kata Novita.
Iklan Google AdSense
KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Tumbuh kembang seorang anak baik secara fisik maupun motorik, tentu menjadi harapan besar bagi setiap orang tua.
Mereka akan berusaha semaksimal mungkin memberikan hal terbaik demi mendukung masa depan anak. Namun dengan segala upaya yang sudah dilakukan selama ini, beberapa hal memang tidak bisa dikendalikan.
Itulah yang dialami oleh Anisa (8), seorang anak yang sedang berjuang menghadapi kondisi kesehatan yang belum diketahui pasti penyebabnya.
Informasi mengenai Anisa disampaikan oleh tantenya, Novita yang selama ini turut merawat Anisa sejak usia tiga tahun.
Cerita dimulai pada pertengahan bulan Mei, saat Anisa tiba-tiba mengalami demam tinggi dan perut yang kembung.
Selama tiga hari gejalanya tidak kunjung membaik, hingga akhirnya Novita mendapat persetujuan dari orang tua Anisa untuk segera berobat dan Novita pun membawa Anisa ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat ia terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Hasil pemeriksaan di FKTP menunjukkan bahwa ini bukan hanya masalah perut biasa. Karena itu kami langsung diberi rujukan ke salah satu rumah sakit di Kota Kupang untuk pemeriksaan lebih lanjut,” tutur Novita.
Anisa pun sudah menerima pelayanan awal di poli tumbuh kembang anak. Saat itu, dokter melakukan CT scan pada kepala Anisa untuk memperdalam diagnosis sehingga ia harus kembali lagi di minggu depan untuk melihat hasilnya.
“Pelayanan yang kami dapat sejauh ini sangat memuaskan. Meski hasil pemeriksaan belum keluar, dokter sudah menyampaikan bahwa apapun hasilnya, pengobatan harus terus dijalani secara rutin demi kebaikan masa depan Anisa,” jelas Novita.
Sebagai orang yang turut merawat Anisa sejak kecil, Novita mengaku sangat terpukul saat mendengar kemungkinan kondisi medis yang serius. Apalagi selama ini Anisa belum pernah diperiksa secara khusus terkait kelambatan tumbuh kembangnya, karena terpisah dengan orang tuanya.
“Selama ini ayah dan ibu Anisa tinggal terpisah karena kewajiban orang tuanya sebagai guru di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang tidak bisa tinggalkan, sehingga semua keputusan soal Anisa tidak bisa kami ambil sendiri tanpa persetujuan orang tuanya. Kami pun tidak pernah benar-benar tahu apa yang menjadi penyebab dari kondisi perkembangannya yang lambat. Untuk berjalan pun Anisa belum bisa, begitu juga dengan berbicara, ia belum bisa melafalkan dengan jelas setiap kata. Makanya kami lebih sering menebak-nebak maksudnya,” ungkap Novita.
Kendala lain yang dihadapi tentu soal biaya. Novita menyadari bahwa pengobatan lanjutan pasti membutuhkan biaya besar. Namun kehadiran BPJS Kesehatan sangat meringankan beban itu.
“Kami sempat khawatir, apalagi ini pemeriksaan di rumah sakit besar dan tentunya Anisa harus menjalani pengobatan secara rutin, sehingga jelas banyak biaya yang dibutuhkan. Tapi ternyata saat pemeriksaan awal semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Kami hanya perlu membawa kartu identitas. Tidak keluar uang sepeserpun,” katanya dengan nada penuh Syukur.
Tidak hanya Anisa, Novita sendiri mengaku telah merasakan manfaat Program JKN untuk pengobatan pribadinya. Karena iuran yang perlu dikeluarkan untuk dibayar setiap bulannya pun bisa disesuaikan dengan kemampuan setiap orang. Sehingga setiap kali merasakan keluhan, sekecil apapun, ia tidak ragu untuk segera berobat sesuai dengan prosedur.
“Saya pribadi sangat mengandalkan BPJS Kesehatan. Apapun keluhannya, saya langsung ke fasilitas kesehatan sesuai prosedur. Program ini sangat bermanfaat, dan saya percaya dengan menggunakannya, kita juga turut menjaga kelangsungan JKN untuk seluruh masyarakat. BPJS Kesehatan bukan hanya soal berobat gratis, tetapi ini tentang harapan dan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” tutupnya. (fr/ok/beny)
Iklan Bersponsor Google