“Kalau tidak ada JKN, mungkin saya sudah bingung cari biaya kesana kemari. Tapi sekarang semua sudah dijamin, tinggal ikuti prosedur dan fokus pada kesembuhan,” kata Jeike.
KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan kembali menunjukkan manfaatnya dalam mendampingi masyarakat menghadapi situasi darurat medis.
Iklan Google AdSense
Jeike (61) seorang mantan tenaga kesehatan, mengalami kondisi darurat medis yang membuatnya harus dua kali masuk Unit Gawat Darurat (UGD) hanya dalam waktu satu bulan terakhir.
Bermula dari munculnya ruam di kaki yang terasa panas dan nyeri tanpa adanya luka, gejala ini dengan cepat berkembang menjadi lebih serius.
“Awalnya saya kira hanya ruam biasa. Saya tetap beraktivitas seperti biasa walaupun kaki terasa panas dan nyut-nyutan. Lama-lama sakitnya makin parah sampai susah digerakkan,” ujar Jeike.
Pada kunjungan pertama ke UGD, ia hanya diberikan obat anti nyeri karena gejala belum memerlukan tindakan lanjutan. Namun beberapa hari kemudian, keluhan muncul lagi dengan rasa sakit yang lebih tajam. Ruam menyebar semakin luas, suhu tubuhnya naik, dan demam tinggi pun datang di malam hari.
“Waktu itu saya demam tinggi sekali. Anak dan suami langsung panik dan membawa saya ke UGD. Rasanya badan lemas semua, kaki juga sakit luar biasa. Saya sendiri takut karena ini pertama kali saya mengalami seperti ini,” lanjut Jeike.
Saat datang untuk pertama kalinya, Jeike disarankan untuk observasi lebih lanjut. Namun ketika keluhan berulang untuk kedua kalinya, dokter memutuskan agar ia dirawat inap. Ruam di kakinya terus menyebar dan rasa sakitnya semakin mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Sekarang saya dirawat di rumah sakit. Sudah beberapa hari di sini, demamnya memang sudah turun tapi kaki saya masih panas dan nyeri. Ruamnya belum hilang, malah semakin melebar,” kata Jeike pelan.
Sebagai peserta aktif JKN, Jeike merasa bersyukur karena seluruh proses pengobatan, mulai dari pemeriksaan awal, rawat inap, penggunaan fasilitas medis, hingga obat-obatan ditanggung sepenuhnya oleh Program JKN.
Meskipun kondisi fisik Jeike yang lemah tetap ada rasa lega karena tidak harus memikirkan biaya menjadi dorongan tersendiri baginya untuk tetap semangat menjalani pengobatan.
“Kalau tidak ada JKN, mungkin saya sudah bingung cari biaya kesana kemari. Tapi sekarang semua sudah dijamin, tinggal ikuti prosedur dan fokus pada kesembuhan,” tambahnya.
Menurut pihak keluarga, Jeike selama ini termasuk yang aktif menjaga kesehatan. Ia rutin mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) karena memiliki riwayat hipertensi yang memerlukan pemantauan secara berkala.
Melalui prolanis, ia terbiasa melakukan pemeriksaan tekanan darah, mendapat edukasi kesehatan, dan menerima obat secara rutin.
“Saya ikut prolanis tiap bulan, jadi memang rutin kontrol kesehatan. Tapi sakit seperti ini datangnya tiba-tiba, dan saya benar-benar tidak siap. Untungnya kepesertaan JKN saya aktif, jadi semua pengobatan bisa langsung dilakukan,” jelasnya.
Kini, Jeike masih dalam proses perawatan di ruang rawat inap rumah sakit. Meski kondisi umumnya mulai stabil, kaki kanannya yang terkena ruam masih terasa panas, nyeri, dan sulit digerakkan. Dokter pun masih terus melakukan observasi untuk menentukan penanganan lanjutan.
“Saya berharap kaki saya bisa cepat sembuh. Karena sekarang masih sakit sekali dan belum bisa jalan jauh. Saya tetap bersyukur sudah dirawat dengan baik,” katanya.
Bagi Jeike, Program JKN bukan hanya membantu pembiayaan, tetapi juga memberi rasa aman dan tenang di masa sulit. Ia mengaku tak pernah menyangka sakit bisa datang secepat itu, sehingga jaminan kesehatan menjadi penolong saat situasi mendesak.
“Kalau sudah sakit begini, baru terasa bahwa kesehatan itu mahal. Karena itu selama masih sehat, kita harus jaga baik-baik. Tapi kalaupun sakit datang, setidaknya ada JKN yang membantu, supaya kita bisa fokus sembuh tanpa pikir biaya,” ucapnya dengan penuh syukur. (fr/ok/beny)
Iklan Bersponsor Google






