Iklan Google AdSense

Pasien JKN Di Kupang Ceritakan Pengalaman Manfaat BPJS Kesehatan

Kalau tidak ada BPJS Kesehatan, kami pasti kewalahan cari biaya rumah sakit. Sekarang kami hanya fokus mendampingi ayah untuk sembuh, karena semua biaya sudah ditanggung,” tutur Octavia

 

Bacaan Lainnya

Iklan Google AdSense

KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Usia lanjut tidak menghalangi Abraham Lobo (72) untuk tetap beraktivitas demi menjaga kesehatannya agar tetap bugar.

Pria yang sudah purna bakti sebagai abdi negara ini kini mulai menikmati masa-masa tua bersama keluarga besarnya di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Namun, dibalik kesehariannya yang tampak tenang, tersimpan kisah perjuangan panjang melawan penyakit paru-paru dan jantung yang dialaminya dalam dua tahun terakhir.

Abraham dikenal sebagai sosok pekerja keras sejak muda. Namun, kebiasaannya merokok selama puluhan tahun menjadi awal dari penurunan kesehatannya.

Awalnya, ia mengalami batuk ringan dan sesak napas yang ia anggap hanya gangguan pernafasan biasa. Bahkan saat kondisinya semakin sering lemas dan sesak, ia masih tetap merokok, meskipun jumlahnya sudah dikurangi.

“Waktu itu saya pikir kalau rokok dikurangi, sakitnya akan hilang sendiri. Ternyata malah tambah parah. Napas jadi makin pendek dada terasa sesak, dan durasi tidur pun mulai terganggu,” ujarnya dengan nada pelan.

Setelah menjalani pengobatan rutin di rumah sakit, kondisi paru-parunya sempat membaik. Namun, di awal Januari 2025, Abraham tiba-tiba mengalami sesak napas hebat saat pagi hari. Napasnya tersengal-sengal dan ia kesulitan berbicara.

“Awal tahun itu berat sekali. Ayah mendadak sesak napas parah. Kami semua panik, tapi Puji Tuhan setelah dua minggu dirawat akhirnya beliau pulih,” kata Octavia anak bungsunya yang selalu menemani untuk berobat.

Dengan kondisi yang mengkhawatirkan, Octavia segera membawanya ke IGD yang jaraknya cukup dekat dari rumah. Abraham langsung mendapatkan penanganan cepat dari tim medis di sana. Sejak kejadian itu, Abraham akhirnya berhenti total merokok.

Menurut Octavia, keputusan berhenti merokok itu diambil sang ayah tanpa paksaan karena sadar akan kondisi paru-parunya yang semakin lemah.

Dokter juga menjelaskan bahwa kerusakan paru yang sudah terjadi tidak dapat sepenuhnya pulih, sehingga harus dikontrol seumur hidup. Namun, setelah paru-parunya mulai stabil, gangguan lain justru muncul. Dokter mendiagnosis Abraham mengalami gangguan jantung. Ia pun diharuskan kontrol rutin setiap bulan ke poli paru dan jantung, demi menjaga kondisinya agar tidak kembali menurun.

“Sekarang paru-parunya sudah lumayan baik, tinggal jantungnya saja yang sering bikin bapak cepat capek. Kalau terlalu banyak gerak, napasnya langsung sesak dan kadang dada juga rasa nyeri,” ungkap Octavia.

Meski demikian, dokter tetap menyarankan agar Abraham untuk melakukan aktivitas ringan seperti jalan pagi, menyapu halaman, atau membantu pekerjaan kecil di rumah agar fisiknya tetap terjaga. Hal itu pun selalu ia jalani dengan tekun.

“Saya tetap jalan pagi, walau pelan-pelan saja biar badan tidak kaku. Kalau diam terus badan malah makin lemas dan gampang jatuh sakit,” kata Abraham sambil tersenyum tipis, menunjukkan semangatnya.

Octavia sangat bersyukur ayahnya menjadi peserta BPJS Kesehatan aktif sejak masih bekerja sebagai PNS. Baginya, Program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan benar-benar membantu keluarga mereka, apalagi di masa pensiun seperti sekarang.

Seluruh biaya pengobatan, rawat inap, obat-obatan, dan kontrol rutin ayahnya dapat diakses tanpa beban biaya tambahan.

“Kalau tidak ada BPJS Kesehatan, kami pasti kewalahan cari biaya rumah sakit. Sekarang kami hanya fokus mendampingi ayah untuk sembuh, karena semua biaya sudah ditanggung,” tutur Octavia dengan penuh syukur.

Kini, kondisi paru-paru Abraham sudah stabil, meskipun jantungnya masih memerlukan kontrol dan pengawasan ketat. Abraham menutup kisahnya dengan pesan singkat bagi siapa pun yang masih merokok hingga hari ini.

“Rokok itu memang enak, tapi bikin sengsara. Saya baru berhenti total waktu sudah sakit parah. Kalau bisa balik ke masa lalu, saya akan berhenti jauh lebih awal. Belajar dari pengalaman saya, jangan tunggu sakit dulu baru berhenti,” tutup Abraham dengan senyum kecil. (fr/ok/beny)

Iklan Bersponsor Google

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *