Iklan Google AdSense

Wakil Bupati Kupang: Perempuan Dan Anak-Anak Kelompok Korban Paling Terdampak Saat Bencana

Wakil Bupati Kupang Wakil Bupati Kupang Aurum O Titu Eki saat membuka Pelatihan Safeguarding dan Lokakarya PSEA Program di Kupang, Rabu. MEDIASINTT.COM/HO-PROKOPIM SETDA KABUPATEN KUPANG
Wakil Bupati Kupang Wakil Bupati Kupang Aurum O Titu Eki saat membuka Pelatihan Safeguarding dan Lokakarya PSEA Program di Kupang, Rabu. MEDIASINTT.COM/HO-PROKOPIM SETDA KABUPATEN KUPANG

“Pemerintah Kabupaten Kupang, saya menyampaikan apresiasi yang tinggi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada CRS Indonesia atas inisiatif mulia ini,” ungkap Aurum.

KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Wakil Bupati Kupang Wakil Bupati Kupang Aurum O Titu Eki mengatakan perempuan dan anak-anak, kaum disabilitas menjadi kelompok yang sering kali menjadi korban paling terdampak saat terjadi bencana alam, oleh karena itu, perlu mengintegrasikan pendekatan esetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (gedsi) dalam seluruh tahapan manajemen risiko bencana.

Bacaan Lainnya

Iklan Google AdSense

Hal itu dikatakan Wakil Bupati Kupang Wakil Bupati Kupang Aurum O Titu Eki saat membuka Pelatihan Safeguarding dan Lokakarya PSEA Program di Kupang, Rabu.

Wabup Aurum mengapresiasi terhadap adanya kegiatan ini yang merupakan wujud nyata kolaborasi multi sektor dalam mengatasi potensi bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kupang.

Ditambahkan Aurum kegiatan pelatihan safeguarding dan lokakarya psea dalam rangka mendukung program Preparedness and Resilience (par-iv) Community Resilience t Recurring Catastrophes (Correct), yang diselenggarakan oleh Catholic Eelief Services (CRS) Indonesia sangat bermanfaat untuk diikuti.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Kupang, saya menyampaikan apresiasi yang tinggi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada CRS Indonesia atas inisiatif mulia ini,” ungkap Aurum.

Dia mengatakan bencana alam tidak hanya membawa kerusakan fisik dan kehilangan materiil, tetapi juga memperdalam ketimpangan dan kerentanan sosial yang telah ada sebelumnya.

Ia mengatakan kelompok perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat yang terpinggirkan sering kali menjadi korban paling terdampak, oleh karena itu, sangat penting untuk mengintegrasikan pendekatan esetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (gedsi) dalam seluruh tahapan manajemen risiko bencana.

Menurut dia, pelatihan ini juga memberikan perhatian khusus terhadap isu perlindungan dari eksploitasi dan kekerasan seksual (psea), yang merupakan ancaman serius di tengah situasi darurat.

Ditambahkanya komitmen terhadap safeguarding dan perlindungan harus menjadi bagian tak terpisahkan dari tata kelola kita, baik dalam masa normal maupun krisis, sebab perlindungan terhadap martabat manusia adalah fokus utama.

Sementara itu Senior Program Officer CRS Indonesia Edu Mungga dalam sambutannyanya menyatakan bahwa ada ketimpangan bagi perempuan, kelompok disabilitas dan kelompok yang terpinggirkan, sehingga penting untuk membangun Komunitas, kolaborasi sehingga dapat terperhatikan dan tidak ada yg luput dari perhatian kita.

Pertemuan ini harapnya dapar rumuskan pemikiran dan kebijakan untuk keberpihakan terhadap Ketimpangan hak perempuan, kelompok disabilitas dan terpinggirkan. (beny)

Iklan Bersponsor Google

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *