“Ketika sehat dan santai kita tidak memikirkan apapun mengenai gaya hidup dan juga pola makan, namun saat sakit baru kita sadar bahwa biaya untuk berobat itu sangat mahal. Maka dari itu, menjadi peserta BPJS Kesehatan pada kenyataannya sangat penting. Belum lagi jika kita yang tempat asalnya berbeda dengan tempat fasilitas kesehatan kita dirujuk, jelas cukup banyak uang yang harus dikeluarkan,” kata Hendrik.
KUPANG MEDIASI NTT.COM – Penyakit jantung sering terjadi pada lansia karena umur yang semakin bertambah dan kinerja organ tubuh yang semakin mulai menurun. Hal ini dirasakan oleh Hendrik (64) sejak akhir tahun 2024. Menurutnya, gejala awal yang ia rasakan yaitu nyeri dada yang sering terjadi.
“Hal ini terjadi berulang-ulang, sehingga saya memutuskan untuk berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terlebih dahulu. Di sana baru ketahuan saya ada permasalahan dengan jantung. Tapi karena kurangnya sarana dan prasarana di domisili asal saya, saya dirujuk ke Kota Kupang. Saat menjalani pemeriksaan di sana pun saya langsung disarankan untuk dirawat inap dahulu mengingat kondisi yang sudah parah,” tutur Hendrik, Selasa (25/03).
Berlatarbelakang sebagai seorang petani tulen yang sudah dijalaninya sejak muda, Hendrik merasa bahwa hal ini menjadi penyebab utama, dia harus menghadapi penyakit jantungnya. Karena ia merasa terlalu banyak mengeluarkan energi secara fisik mengingat pekerjaan petani yang tidaklah mudah.
“Saya kira pekerjaan yang sudah saya jalani bertahun-tahun ini menjadi penyebab. Ternyata dokter juga menjelaskan bahwa hipertensi yang saya anggap remeh selama ini juga berkontribusi menjadi alasan terhadap munculanya penyakit jantung yang saya alami. Ya bagi saya pribadi, ini menjadi suatu pelajaran bagi saya untuk lebih menjaga kesehatan,” ucap Hendrik.
Di samping rasa sesalnya akan tingkah acuh tak acuhnya, Hendrik tentu tetap menyukuri akan hadirnya Program Jaminan Kesehatan Nasional yang sudah dijalankan dengan baik melalui BPJS Kesehatan.
Ia merasa beruntung sudah menjadi peserta JKN dan status kepesertaannya aktif sehingga bisa langsung dipakai berobat saat terkena serangan jantung mendadak.
“Ketika sehat dan santai kita tidak memikirkan apapun mengenai gaya hidup dan juga pola makan, namun saat sakit baru kita sadar bahwa biaya untuk berobat itu sangat mahal. Maka dari itu, menjadi peserta BPJS Kesehatan pada kenyataannya sangat penting. Belum lagi jika kita yang tempat asalnya berbeda dengan tempat fasilitas kesehatan kita dirujuk, jelas cukup banyak uang yang harus dikeluarkan,” kata Hendrik.
Tidak hanya itu, Hendrik juga merasa bersyukur karena pelayanan yang ia terima saat dirawat inap di rumah sakit dinilainya sudah baik. Ia merasa kolaborasi akan JKN dan juga fasilitas kesehatan sudah sangat memuaskan.
“Saya sendiri sudah dua kali opname selama di Kupang sini dan pengalaman yang saya dapatkan sudah sangat memuaskan. Saya dirujuk dari Sumba dan awalnya cukup khawatir akan pelayanan yang mungkin akan ribet, namun ternyata secara administrasi sudah banyak perkembangan karena saya cukup menunjukkan KTP saya dan langsung dilayani dengan baik. Dokter dan perawat yang melayani pun sangat ramah. Tidak ada perbedaan layanan antara pasien BPJS Kesehatan dan pasien umum,” jelas Hendrik.
Melalui BPJS Kesehatan, ia bisa merasakan berobat dengan tenang tanpa perlu khawatir akan besaran biaya. Tidak sampai di situ ia pun turut bersyukur karena pemerintah juga turut terlibat meringankan bebannya. Apalagi di zaman sekarang sudah hampir sebagian besar fasilitas kesehatan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, sehingga semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.
“Saya pun adalah peserta pada segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang sama sekali tidak perlu membayar iuran, saya merasa sangat terbantu melalui hal ini. Saya juga berharap agar BPJS Kesehatan jelas terus meningkatkan kualitias pelayanan mereka sehingga seluruh masyarakat yang memanfaatkan jaminan kesehatan ini bisa merasakan kenyamanan dan juga pelayanan yang cepat, mudah dan setara,” kata Hendrik. (gt/fr/beny)