Zet Belegur : Pelayanan Terhadap Pasien JKN Di Kota Kupang Sangat Memuaskan

Zet Blegur (49), salah satu pasien peserta program JKN ketika menjalani masa perawatan di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Kupang beberapa waktu lalu.
Zet Blegur (49), salah satu pasien peserta program JKN ketika menjalani masa perawatan di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Kupang beberapa waktu lalu.

“Saya merasakan tidak ada perbedaan terhadap pelayanan antara pasien umum maupun pasien JKN, bahkan pelayanan yang diterima baik dari dokter sangat memuaskan, sehingga selalu mengandalkan BPJS Kesehatan dalam pengobatan,” kata Zet Blegur.

KUPANG, MEDIASI NTT.COM  – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Kupang terus berupaya dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Bacaan Lainnya

Salah satu manfaat itu, dirasakan langsung oleh Zet Blegur (49), salah satu pasien ketika menjalani masa perawatan di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Kupang beberapa waktu lalu.

Zet Blegur seorang PNS pada Kejaksaan Negeri Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengaku selalu mengandalkan JKN untuk berobat.

Warga Kota Kupang ini menceritakan bahwa dirinya adalah salah satu peserta program JKN aktif yang ada di Kota Kupang, sehingga ketika sakit tidak lagi memikirkan biaya pengobatan.

Inilah yang dirasakan oleh Zet Blegur (49), selalu mengandalkan JKN untuk berobat.

“Bagi saya, menjadi peserta JKN bukan semata-mata karena diwajibkan. Setiap bulan kami sebagai ASN sudah langsung dipotong gajinya untuk iuran BPJS Kesehatan. Hal ini tidak menjadi suatu masalah bagi saya. Malah saya bersyukur karena dalam pemotongan tersebut sudah termasuk istri dan dua anak saya yang menjadi tanggungan. Jadi ketika sakit saya tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun, semuanya sudah dijamin,” kata Zet Blegur.

Zet didiagnosis mengidap penyakit vertigo sehingga sudah menjadi pasien kontrol di Rumah Sakit Leona selama satu tahun belakangan.

Ia merasa bersyukur  selalu  mendapatkan penanganan dari dokter tanpa kendala saat mengalami sakit.

“Saat itu saya baru tiba di rumah dengan mengendarai motor, untungnya saat saya sudah selesai parkir baru vertigo saya kambuh. Saya langsung tduduk dengan pandangan yang gelap, jujur pusingnya bukan main-main bahkan saya sampai tidak mendengar suara apapun karena telinga yang berdenging. Untungnya saat itu tetangga saya lewat makanya saya langsung dilarikan ke IGD,” ujarnya.

Menurut Zet, beberapa kali ia mendengar cerita orang lebih memilih berobat sebagai pasien umum karena jika berobat menggunakan BPJS Kesehatan akan mendapat perbedaan layanan maupun pembatasan hari rawat inap.

Namun Zet tidak merasakan perbedaan pelayanan antara pasien umum maupun pasien JKN, bahkan pelayanan yang diterima baik dari dokter sangat memuaskan.

“Ini sudah hari keempat di mana saya di rawat di rumah sakit, dan setiap harinya dokter selalu datang mengontrol untuk melihat perkembangan kondisi saya. Bahkan saat masuk melalui IGD pun saya dilayani dengan baik dan cepat, tanpa perbedaan pelayanan apapun. Sarana dan prasarana yang sudah disediakan juga sudah mendukung selama empat hari ini,” ujarnya.

Sebagai pasien yang selalu mengandalkan BPJS Kesehatan, Zet mengakui akan pentingnya BPJS Kesehatan.

Ia pun sangat menyayangkan banyak orang yang masih meremehkan Program JKN.

Zet pun berharap masyarakat bisa lebih menyadari, sekalipun seseorang kaya raya, Program JKN tetap sangat penting sebagai jaminan kesehatan saat sakit.

Menurut dia dengan menjadi peserta Program JKN, tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi ikut juga berkontribusi membantu peserta lain yang sedang sakit melalui gotong royong yang menjadi landasan program ini.

“Menjadi peserta JKN itu penting sekali. Mungkin saat hanya sakit ringan seperti flu atau demam banyak orang yang menganggap paling keluarnya hanya lima ribu rupiah, namun saat sakit berat baru menyesal karena belum menjadi peserta Program JKN. Hal ini disebabkan karena biaya rawat inap sehari saja bisa mencapai sekian juta rupiah. Belum lagi jika membutuhkan operasi pasti beratus-ratus juta rupiah yang harus dikeluarkan dalam rentang satu minggu, sementara tujuan kita menabung yang sebenarnya untuk pendidikan anak di masa depan, harus kita pakai untuk biaya pengobatan,” ujarnya. (fr/ok/beny)

 

Tinggalkan Pesan