Begini Pegakuan Orang Tua Pasien Penderita Autoimun Terhadap Manfaat JKN

Antoneta orang tua pasien penderita autoimun

“Sebelumnya Regina cukup kesulitan dengan penyakit ini, karena ia mengalami banyak perubahan pada tubuhnya. Mulai dari berat badannya yang menurun drastis, rambut yang rontok dan sempat lumpuh, bahkan buta. Setelah dirawat inap di Rumah Sakit W.Z Johannes Kupang, Regina sudah sangat membaik. Saat ini ia sudah bisa melihat bahkan berjalan,” kata Antoneta.

KUPANG MEDIASI NTT.COM – Resin Regina (16) tak pernah menyangka bahwa dirinya diagonis menderita penyakit langkah yaitu autoimun setelah dokter mendiagnosa Regina mengidap lupus pada Juli 2024.

Bacaan Lainnya

Sebagai seorang peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) sudah bernafas lega karena bisa menjalani serangkaian perawatan mulai dari pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga akhirnya dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) tanpa biaya.

Beruntungnya, Regina dan keluarganya sudah terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Berkat JKN Regina dan keluarganya hanya perlu mengeluarkan uang untuk transportasi dan juga makan minum saat melakukan pengobatan.

Kurang lebih selama satu tahun, seperti diktakan Antoneta yang selalu mendampingi Regina selalu rutin ke rumah sakit untuk membawa Regina berobat.

Antoneta hanya mengharapkan kesembuhan agar anaknya bisa kembali beraktivitas dan bersosialisasi layaknya anak-anak remaja pada umumnya.

“Selama ini kami tidak mengeluarkan sepeserpun baik ketika Regina dirawat inap, saat mengambil obat, kontrol dan bahkan saat operasi. Paling keluar uang hanya untuk kebutuhan transportasi saja. Semuanya saya lakukan demi kesembuhan Regina. Saya sendiri merasa sangat kasihan, anak saya yang harusnya sedang bersekolah dan bermain bersama teman-temannya. Namun di umur yang masih remaja ini ia harus sibuk berobat,” ucap Antoneta pada Jumat (21/02).

Antoneta juga menjelaskan bahwa gejala awal yang Regina alami berupa luka pada bibirnya yang ia kira ini sariawan. Namun karena tidak ada perubahan  memutuskan untuk berobat dengan hanya membawa Kartu Indonesia Sehat (KIS) sewaktu berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempatnya terdaftar.

“Berhari-hari sempat coba kami obati sendiri, tapi luka pada bibir Regina tidak kunjung sembuh, malah makin banyak. Karena imun yang menyerang tubuh tidak selalu di organ yang sama sehingga dampak pada tubuhnya juga semakin banyak seperti luka-luka yang secara tiba-tiba menyebar di kakinya. Kemudian saya ajak berobat di Puskesmas Kualin, tapi ternyata belum bisa ditemukan penyakit sebenarnya yang dialami Regina. Akhirnya kami dirujuk kurang lebih ke empat rumah sakit. Di rumah sakit terakhir baru ditemukan penyakit Regina,” ungkap Antoneta.

Antoneta merasa bahwa merawat orang sakit tidak hanya membutuhkan uang namun juga energi. Selama merawat Regina, ia juga tetap menjaga kesehatannya agar tidak jatuh sakit.

Walaupun belum sembuh secara total, Antoneta tetap mensyukuri akan perkembangan anak tunggalnya tersebut sudah sangat lebih baik dari sebelumnya. Tidak lupa mengucap syukur karena sudah banyak fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

“Sebelumnya Regina cukup kesulitan dengan penyakit ini, karena ia mengalami banyak perubahan pada tubuhnya. Mulai dari berat badannya yang menurun drastis, rambut yang rontok dan sempat lumpuh, bahkan buta. Setelah dirawat inap di Rumah Sakit W.Z Johannes Kupang, Regina sudah sangat membaik. Saat ini ia sudah bisa melihat bahkan berjalan,” kata Antoneta.

Namun saat ini kami masih harus kontrol dan terapi secara rutin sambil saya memantau kondisinya karena saran dari dokter bahwa ia tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Memang punya jaminan untuk akses layanan kesehatan itu sangat penting.  (fr/ok/beny)

 

Tinggalkan Pesan