“Kita perlu terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya TBC dan langkah-langkah pengendaliannya. Pemerintah Kota Kupang mendukung penuh inisiatif ini agar masyarakat dapat lebih teredukasi,” ujar Linus Lusi.
KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Pemerintah Kota Kupang siap bersinergi dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam penanggulangan tuberkulosis (TBC) sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang bahaya TBC.
Hal itu dikatakan Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, Rabu saat menerima kunjungan Pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI) NTT.
Pertemuan itu bertujuan menggagas kegiatan diseminasi penanggulangan Tuberkulosis (TBC) guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang bahaya TBC serta pentingnya pencegahan dan pengobatannya.
Ketua PD IBI NTT Damita Palalangan, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang Tiurmasarai Saragih, pengurus IBI NTT Hironima Niyati Fitri dan Bendelina Kaka Mone, serta Staf Program IBI-Unicef Arianti Inangele dan Evlin Palalangan.
Penjabat Wali Kota Kupang Linus Lusi menegaskan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, termasuk di Kota Kupang.
“Kita perlu terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya TBC dan langkah-langkah pengendaliannya. Pemerintah Kota Kupang mendukung penuh inisiatif ini agar masyarakat dapat lebih teredukasi,” ujar Linus Lusi.
Ia menekankan pentingnya data survei dasar (baseline survey) yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kota Kupang, IBI, dan Unicef sebagai pijakan untuk menyusun strategi edukasi, promosi, dan langkah preventif secara optimal.
“Meski berbagai upaya edukasi sudah dilakukan, beberapa wilayah masih rentan akibat faktor sanitasi dan indikator kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat penting untuk mengedukasi masyarakat,” tambahnya.
Linus berharap, kegiatan diseminasi ini dapat mendorong rencana aksi lanjutan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan secara kolaboratif.
Ketua IBI NTT, Damita Palalangan, mengatakan kegiatan diseminasi akan dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, dan distribusi bahan informasi kepada masyarakat. Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama multi-sektor dalam penanganan TBC.
“Peserta kegiatan ini mencakup perwakilan pemerintah kecamatan, kelurahan, serta tokoh masyarakat. Sebelumnya, pada tahun 2022 hingga 2024, IBI NTT bersama mitra telah melatih guru PAUD, SD, dan SMP untuk melakukan skrining gejala awal TBC dan pencegahan pada anak didik mereka,” jelas Damita.
Damita menambahkan bahwa persoalan TBC bukan lagi hanya tanggung jawab tenaga kesehatan, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama lintas sektor. “Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak adalah kunci eliminasi TBC melalui penguatan kelembagaan serta sosialisasi yang masif,” tutupnya. (Ben)