“Mungkin kalau belum jadi peserta JKN, saya harus meminjam uang dari saudara-saudara saya untuk membayar biaya rumah sakit bahkan juga biaya obat-obatan. Menurut saya inilah pentingnya menjadi peserta JKN selagi sehat, karena tidak ada yang tahu kapan kita membutuhkan JKN untuk menjamin biaya berobat,” ujar Yublina.
MEDIASI NTT.COM – Menjadi orang tua adalah tanggung jawab yang besar bagi setiap orang. Inilah yang dirasakan oleh Yublina (36), seorang ibu rumah tangga yang tengah merawat anaknya di rumah sakit. Yublina menuturkan bahwa anaknya terkena ledakan saat bermain di sekitar rumah beberapa waktu lalu.
“Sore itu saya sedang beribadah ke gereja, namun sesampainya saya di rumah tiba-tiba terdengar ledakan yang keras di belakang rumah saya. Saya cek, ternyata berasal dari pembakaran sampah yang ada di sekitar rumah. Karena sedang bermain cukup dekat dengan tempat pembakaran, Azriel pun terkena dampak ledakan tersebut,” kata Yublina, Selasa (29/10).
Sesampainya Yublina di belakang rumah, ia melihat bahwa Azriel sudah berteriak kesakitan sambil menutup sebelah matanya. Tanpa berpikir panjang Yublina langsung meminta pertolongan warga sekitar. Azriel pun dengan cepat dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) di salah satu rumah sakit terdekat di Kota Kupang.
“Karena terburu-buru saya tidak membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) secara fisik, namun untungnya ada Aplikasi Mobile JKN. Lewat aplikasi tersebut, saya cukup menunjukkan KIS Digital saya pada petugas loket rumah sakiit. Hal ini menggambarkan bahwa administrasi pada rumah sakit ini sangat jelas dan penyampaian informasinya tidak bertele-tele,” ujar Yublina.
Saat menuju ke rumah sakit Yublina tidak mengetahui aktif atau tidaknya kepesertaan ia maupun Azriel. Sempat mengira bahwa kepesertaan JKN ia sekeluarga sudah tidak aktif, Yublina pun sudah menyiapkan diri jika harus dirawat sebagai pasien umum demi kesembuhan Azriel.
Untungnya, ternyata setelah dicek kepesertaan JKN mereka masih aktif ditanggung oleh Pemerintah Kota Kupang.
Setelah ditangani dokter, Azriel pun akhirnya mulai tenang. Azriel kemudian dipindahkan ke ruang rawat inap setelah kondisinya stabil, supaya ia bisa beristirahat dengan lebih nyaman. Menurut Yublina, pelayanan yang diterimanya di rumah sakit sebagai peserta JKN sangatlah memuaskan.
Tidak sedikit pun ia merasa anaknya mendapat perlakuan yang berbeda dengan pasien lain yang dirawat di rumah sakit tersebut sebagai pasien umum. Bahkan, pelayanan kepada pasien JKN menurut Yublina terbilang baik sekali.
“Anak saya dilayani dengan ramah oleh dokter maupun perawatnya. Setiap hari lukanya juga dibersihkan dengan hati-hati, sehingga anak saya tidak memberontak waktu dibersihkan lukanya. Sejak awal pun tidak ada batasan hari rawat inap, melainkan tergantung pada kondisi kesehatan pasien. Saya juga tidak merasa ada perbedaan perlakuan antara pasien umum maupun pasien BPJS Kesehatan,” ungkap Yublina.
Menurut Yublina, dengan adanya kepastian jaminan biaya berobat dari BPJS Kesehatan, ketika gawat darurat seperti ini Yublina cukup memfokuskan diri untuk merawat Azriel tanpa pusing memikirkan biaya. Menurutnya, seandainya ia belum menjadi peserta JKN, entah dari mana ia bisa membayar biaya rumah sakit.
“Mungkin kalau belum jadi peserta JKN, saya harus meminjam uang dari saudara-saudara saya untuk membayar biaya rumah sakit bahkan juga biaya obat-obatan. Menurut saya inilah pentingnya menjadi peserta JKN selagi sehat, karena tidak ada yang tahu kapan kita membutuhkan JKN untuk menjamin biaya berobat,” ujar Yublina.(ak/fr/ben)