“Saya bersyukur dengan adanya BPJS Kesehatan. Walaupun awalnya saya merupakan segmen peserta mandiri dan saya merasa cukup berat jika harus membayar enam anggota keluarga dalam rumah saya. Namun, setelah dua tahun berlalu saya dan keluarga secara tiba-tiba dialihkan sebagai peserta JKN yang ditanggung pemerintah. Karena itulah, saya dan keluarga sudah tidak perlu merasa terbebani dalam mengakses layanan kesehatan,” ungkap Sepriani
KUPANG, MEDIASI NTT.COM – Sebagai upaya memastikan akses layanan kesehatan yang optimal bagi seluruh lapisan masyarakat, BPJS Kesehatan terus berupaya memberikan pelayanan terbagi bagi pasien Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memerlukan akses berobat.
Dengan berbagai program dan kebijakan terbaru, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh kepada pasien, mulai dari saat pasien didiagnosis hingga perawatan intensif yang diperlukan.
Saat ditemui di Rumah Sakit. S.K. Lerik, Sepriani (47) sedang menunggu antrean untuk kontrol rawat jalan di poli dalam.
Sepriani awalnya merasa bahwa ia memang memiliki ciri-ciri seperti penderita penyakit lambung. Namun karena dirasa itu adalah hal yang masih bisa dikontrol dengan obat-obatan, ia pun mengabaikan keluhannya.
Lambat laun, tubuhnya terasa berbeda. Tahun 2020, ia mengalami luka kecil di jari yang tak kunjung sembuh selama kurang lebih tiga bulan.
“Akhirnya saya pun memutuskan untuk berobat dan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Dari sana, saya dirujuk ke Rumah Sakit S. K. Lerik untuk diperiksa lebih lanjut. Dari situ mulailah dicek berbagai penyakit yang selama ini tidak saya sadari bahwa saya sudah mengalaminya juga sejak lama,” jelas Sepriani pada Senin (09/08).
Sepriani mengaku bahwa dokter mendiagnosis dia dengan penyakit kolesterol, diabetes, hipertensi maupun permasalahan pada lambungnya. Bahkan awalnya ia berekspetasi bahwa permasalahan pada lambung merupakan hal yang sepele. Namun sekarang ini merupakan hal yang serius karena efek samping dari seringnya diabaikan dan juga pola makannya yang tidak dijaga. Dampaknya, rasa sakit yang luar biasa mengganggu ia dalam aktivitasnya.
“Walaupun saya memiliki beberapa masalah dalam tubuh saya, tetapi untungnya diabetes dan kolesterol adalah suatu hal yang masih bisa saya kontrol dengan menjaga pola makan saya. Namun, permasalahan pada lambung yang paling sulit untuk dikontrol karena secara makanan masih bisa saya kontrol. Memang ada beberapa masalah yang menjadi beban pikiran saya, selalu saya pikirkan secara berlebihan sehingga saya menjadi stress. Hal itu jelas memicu asam lambung saya menjadi naik,” kata Sepriani.
Selama empat tahun sudah Sepriani rutin melakukan pengobatan, namun di tahun keempat ini ia dianjurkan untuk dirawat inap selama dua hari ini akibat sakit lambungnya kambuh. Namun Sepriani tetap merasa bersyukur di tengah-tengah keadaan yang ia alami sekarang ini. merasa ia tidak mempermasalahkan walaupun harus melakukan kontrol secara rutin setiap bulannya selagi ada BPJS Kesehatan.
“Dengan berbagai masalah penyakit yang saya alami, saya bersyukur dengan adanya BPJS Kesehatan. Walaupun awalnya saya merupakan segmen peserta mandiri dan saya merasa cukup berat jika harus membayar enam anggota keluarga dalam rumah saya. Namun, setelah dua tahun berlalu saya dan keluarga secara tiba-tiba dialihkan sebagai peserta JKN yang ditanggung pemerintah. Karena itulah, saya dan keluarga sudah tidak perlu merasa terbebani dalam mengakses layanan kesehatan,” ungkap Sepriani menutup perbincangan.
Sebagai informasi, saat ini BPJS Kesehatan juga terus mendorong fasilitas kesehatan yang bekerja sama agar mengoptimalkan implementasi Janji Layanan JKN. Janji Layanan JKN tersebut menegaskan komitmen fasilitas kesehatan mitra BPJS Kesehatan untuk tidak membatasi hari rawat inap bagi peserta JKN, menerima Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas sah peserta JKN, tidak meminfa fotocopy berkas saat peserta berobat, tidak meminta biaya tambahan, memastikan ketersediaan obat, dan melayani peserta JKN dengan ramah tanpa diskriminasi. (fr/ok)