“Ancamannya langsungnya ke saya. Dia bicara langsung ke saya by phone, ‘kalau bukan adikmu, saya habisi,'” kata Juni mengulang ancaman Iqbal.
Hari itu, Minggu, 3 April 2022, Najamuddin Sewang baru saja merampungkan tugasnya mengatur lalu lintas di Bundaran Point of Indonesia (CPI) dan Rumah Sakit Siloam di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Bulan Ramadan memasuki hari pertama. Lalu lintas lebih ramai dari biasanya. Sedari pagi Najamuddin berjaga di sana. Sekitar pukul 10.45 WITA, pegawai Dinas Perhubungan Kota Makassar ini pun berniat pulang ke rumahnya di Residence Alaudin, Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate.
Tanpa disadari Najamuddin, dirinya dibuntuti oleh dua orang tak dikenal dalam perjalanan pulang siang itu. Saat melintasi sebuah pertigaan di Jalan Danau Tanjung Bunga dan Jalan Manunggal 2, Kelurahan Maccini, salah satu dari dua orang misterius itu melepaskan tembakan ke arah Najamuddin. Najamuddin pun jatuh tersungkur.
Penembaknya kabur entah ke mana. Najamuddin sempat dievakuasi ke RS Siloam pada pukul 11.00 WITA, tapi nyawanya tak tertolong.
Warga di sekitar tempat kejadian perkara awalnya menduga Najamuddin jatuh karena kecelakaan tunggal. Namun, belakangan keluarga menaruh curiga Najamuddin meninggal secara tidak wajar.
Kecurigaan itu bermula ketika keluarga membuka jaket cokelat dan seragam dinas yang membalut tubuh korban. Ditemukan adanya lubang sejajar pada kedua baju tersebut dan darah.
Ketika jasad Najamuddin dibalikkan, terlihat lubang seperti bekas luka tembakan di tubuhnya. “Di sekeliling lubang di badannya sudah lebam, warna ungu,” ucap Juni Sewang, kakak kandung Najamuddin.
Atas temuan itu, rekan kerja Najamuddin berinisiatif mengecek rekaman closed circuit television (CCTV) di lokasi kejadian. Di rekaman itu tampak dua mobil terlebih dahulu lewat di ujung jalan pertigaan.
Satu mobil berwarna hitam berjalan lurus, sedangkan mobil merah belok ke kiri. Najamuddin yang mengendarai sepeda motor terlihat di belakangnya disusul dua sepeda motor yang melaju dengan kencang. Terlihat sepeda motor yang dikendarai Najamuddin oleng dan dirinya terjatuh.
Warga kemudian mengerumuni tubuh Najamuddin. Sebelumnya, mereka memang mengaku mendengar suara letusan. Namun, mereka mengira suara itu berasal dari knalpot sepeda motor milik ojek online yang sedang lewat. Setelah mengumpulkan bukti rekaman CCTV, keluarga korban melaporkankan kejadian itu ke Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Makassar.
Polisi langsung bergerak cepat menyelidiki dan mengautopsi jenazah Najamuddin. Hasil autopsi yang dilakukan tim Forensik dan Kedokteran Polda Sulawesi Selatan selama dua jam menemukan adanya proyektil peluru yang bersarang di bawah ketiak kiri Najamuddin.
“Dia (peluru) tembus. Bukan tembus keluar, tapi dia lubangi paru-paru,” ungkap Juni lagi.
Berikutnya, polisi mengumpulkan keterangan dari 25 orang saksi, baik saksi di lokasi kejadian, rekan kerja, maupun keluarga korban setelah diduga kuat Najamuddin dibunuh dengan cara ditembak. Hasilnya, polisi mencurigai lima orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. Kelima orang itu langsung dijadikan tersangka dan ditangkap pada 16 April 2022 lalu.
Kelima orang tersebut adalah Muhammad Iqbal Asnan alias MIA yang menjabat sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar. Ia diduga menjadi dalang pembunuhan Najamuddin.
Ia dibantu empat tersangka lain, yaitu Sahabuddin alias SH (tenaga kontrak di Dishub Kota Makassar), Asri alias AS (tenaga kontrak Satpol PP Kota Makassar), Sulaiman alias SA alias SL pelaku eksekutor penembakan (oknum anggota Brimob Polda Sulsel) dan Chaerul Akmal alias CA (oknum anggota Brimob Polda Sulsel).
Iqbal diduga telah merencanakan pembunuhan kepada Najamuddin sejak tahun 2020. Iqbal merencanakan pembunuhan melalui dukun untuk menyantet Najamuddin. Hanya saja upaya pembunuhan itu tak terealisasi.
“Ada orang disuruh untuk melempar sesuatu ke rumah korban, tetapi tidak meninggal, akhirnya dia mencari siapa yang bisa membunuh si korban ini,” kata Kepala Polrestabes Makassar, Kombes Budi Haryanto, Senin, 18 April 2022.
Akhirnya pembunuhan itu baru berhasil dilakukan Iqbal setelah mendapatkan bantuan dari Sulaiman tahun 2022 ini.
Sulaiman nekat menjadi eksekutor penembakan, karena rasa solidaritas kepada Iqbal yang diketahui satu kampung dengan dirinya.
“Eksekutor ini satu daerah dengan otak pelaku (Iqbal). Dia merasa ikut sakit hati juga sehingga mau lakukan itu,” imbuh Budi.
Usai melaksanakan aksinya, Sulaiman menerima uang Rp 85 juta sebagai ucapan terimakasih dari Iqbal. Selain itu polisi akhirnya mengungkap motif Iqbal menghabisi nyawa Najamuddin, yaitu terbakar api cemburu.
Iqbal murka mengetahui Najamuddin memacari pasangan siri-nya, Rachmawaty Prilly, yang tak lain adalah pejabat di Dishub dengan jabatan sebagai Kepala Seksi (Kasi) Transportasi Publik Dishub Kota Makassar.
Iqbal sebenarnya sudah memiliki istri, yaitu Ekayanti Prativi, yang saat ini menjabat lurah di salah satu wilayah di Makassar. Begitu juga dengan Najamuddin yang sudah memiliki istri. Sedangkan Rachmawaty berstatus janda. Cinta segitiga di antara mereka telah menjadi rahasia umum di Dishub dan Satpol PP Kota Makassar. Juni Sewang pun bilang keluarga juga mengetahui konflik asmara yang melibatkan adiknya itu.
Bahkan Juni yang tercatat sebagai junior Iqbal semasa kuliah itu pernah juga menerima ancaman pembunuhan kepada Najamuddin.
Ia mengatakan, ancaman tersebut disampaikan melalui sambungan telepon sejak tahun 2019.
“Ancamannya langsungnya ke saya. Dia bicara langsung ke saya by phone, ‘kalau bukan adikmu, saya habisi,'” kata Juni mengulang ancaman Iqbal.
Salah seorang pejabat di Pemkot Makassar yang tak mau disebutkan namanya menceritakan percintaan Iqbal dengan Rachmawaty. Iqbal mulai dekat dengan Racmawaty ketika masih menjabat sebagai Sekretaris di Satpol PP. Iqbal saat itu dimutasi sebagai Plt Kepala Dinas Perhubungan tahun 2019.
Saat itu, Rachmawaty masih sebagai staf di Dishub. Keduanya pun berinteraksi begitu dekat. Benih-benih cinta kemudian muncul di antara keduanya. Hubungan tersebut masih terus belangsung ketika Iqbal kembali ke Satpol PP dan menjadi kepala.
“Mereka menjalin hubungan di situ. Sampai Pak Iqbal pindah ke Satpol PP berlanjut ini barang,” terang sumber itu kepada detikX pekan lalu.
Iqbal kabarnya memberikan berbagai fasilitas kepada Rachmawaty. Satu unit mobil Mitsubishi Lancer diberikan untuk menunjang aktivitas sehari-hari Rachmawaty.
“Saya dengar rumah juga. Rumah dengan kendaraan dengan biaya hidup setiap bulan. Namanya istri kan pasti dinafkahi,” kata sumber itu seperti dilansir detik.com, Minggu (5/5/2022).
Kisah asmara itu awalnya berlangsung sembunyi-sembunyi sampai keduanya menikah siri, tapi kemudian umum diketahui orang. Apalagi Iqbal selalu menyuruh ‘orang-orangnya’ di Dishub dan Satpol PP untuk mengawasi gerak-gerik Rachmawaty. Kepada setiap orang yang ‘ditugasi’ untuk memata-matai Rachmawaty itu, Iqbal selalu menegaskan bahwa perempuan tersebut adalah istrinya.
Sebenarnya salah satu yang ‘ditugasi’ menjadi mata-mata itu adalah Najamuddin sendiri. Korban bahkan sempat menjadi sopir mobil Lancer yang digunakan oleh Rachmawaty. Dari sinilah diduga timbul rasa suka sama suka di antara keduanya.
“Akhirnya apa, karena mungkin si korban ini dekat, dianggap dirinya dimasukkan oleh Pak Iqbal (sebagai pegawai di Dishub), mungkin berutang budi, didekatilah ini Ibu Rachma,” jelasnya.
Kini Iqbal haris mendekam di penjara menunggi kasusnya di sidangkan di pengadilan. Polisi menjeratnya atas pelanggaran Pasal 5 angka 1 dan 2 juncto Pasal 340 KUHP dan Pasal 336 KUHP dengan ancaman hukuman pidana mati atau penjara seumur hidup atau hukum penjara paling lama 20 tahun. Polisi telah menyita senjata api revolver, 85 butir peluru jenis kaliber 38 milimeter dan kaliber 32 milimeter. Juga menyita uang tunai Rp 85 juta, 2 unit sepeda motor dan sejumlah rekaman CCTV. (dtc/Ria)