“Lamanya pembangunan ini, kami harap agar panitia tidak harus melakukan pembangunan setiap 15 tahun jika keadaan gedung gereja masih memungkinkan. Lebih baik uang itu dipakai untuk pembangunan ekonomi jemaat maupun demi mencegah stunting di masyarakat”, ujar Pdt. Merry Kolimon.
Oelamasi, MediasiNTT.Com – Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menegaskan gereja tidak hanya sebagai tempat beribadah bagi orang beriman namun juga sebagai tempat untuk menolong masyarakat.
Penegasan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja Jemaat Mizpa Tetebudale, Kecamatan Kupang Timur, Minggu (24/4/2022).
Acara ini berlangsung meriah dengan penyambutan tarian adat Tebe Lai dari para penari di halaman gedung Gereja Jemaat Mizpa Tetebudale, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Turut mendampingi, Wakil Bupati Kupang Jerry Manafe, Ketua Sinode GMIT Pdt. Merry Kolimon, anggota DPRD Kabupaten Kupang.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menegaskan setiap manusia memiliki kemampuan intelektual dan spiritual.
Laiskodat menegaskan, Gereja harus membangun gedung dengan iman dan pengetahuan yang searah, karena kemiskinan di NTT disebabkan kebanyakan masyarakat lebih tertarik menjadi PNS dibandingkan menjadi pengusaha atau petani.
Sedangkan banyak lahan kosong yang dimiliki masyarakat namun tidak dimanfaatkan secara baik dengan teori kolaborasi seperti dengan membangun program TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi).
Dirinya berharap agar Gereja bukan hanya sebagai tempat ibadah orang beriman namun sebagai tempat untuk menolong masyarakat.
Melalui suara gembala, Pdt. Merry Kolimon menyatakan bahwa tahun lalu tempat ini menjadi tempat berlindung saat bencana seroja terjadi dan Jemaat GMIT Mizpa Tetebudale termasuk jemaat yang cukup kuat mengorganisir para jemaatnya yang terdampak bencana.
“Tahun ini kita harus bangkit dari segala dampak bencana, baik itu badai Seroja maupun Covid 19,” kata Kolimon.
Dia mengatakan meskipun jemaat Mizpa sudah berpikir untuk membangun yang baru melalui proposal dan sebagainya, namun inti dari semua itu adalah tanggung jawab semua jemaat demi pembangunan gedung gereja ini.
“Lamanya pembangunan ini, kami harap agar panitia tidak harus melakukan pembangunan setiap 15 tahun jika keadaan gedung gereja masih memungkinkan. Lebih baik uang itu dipakai untuk pembangunan ekonomi jemaat maupun demi mencegah stunting di masyarakat”, ujar Pdt. Merry Kolimon.
Ketua Panitia Pembangunan Yermias Pian dalam pelaporannya mengatakan, Jemaat GMIT Mizpa Tetebudale merupakan salah satu mata jemaat yang dimekarkan dari Jemaat GMIT Ebenhaezer – Pukdale.
Bangunan Gereja Mizpa Tetebudale ini diresmikan pada 14 Nopember 2006 dengan konstruksi kayu. Seiring berjalannya waktu, gereja yang sudah di bangun selama 15 tahun ini sudah tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai tempat kebaktian jemaat. Ditambah lagi dengan kapasitas jemaat yang sudah semakin banyak.
Yermias menjelaskan dengan luas bangunan 1100m² membutuhkan anggaran sebanyak Rp3.925.954.000 dengan anggaran kas yang telah terkumpul sebesar Rp300.000.000. Itu semua bertujuan meningkatkan produktivitas pelayanan yang optimal, terciptanya gedung ideal yang representatif serta sarana dan prasarana yang layak demi peningkatan iman dan persekutuan jemaat.(rio/gige)